BERITA ACEH – Abdullah, sang ayahanda, ketika beliau berjalan pada siang hari, aroma misik dan ambar menyebar dari tubuhnya. Dan ketika beliau berjalan pada malam hari, cahaya terang bagaikan lampu memancar dari wajahnya, karena itulah penduduk Mekkah menyebut beliau dgn sebutan Misbahul Haram (lampunya tanah haram).
Abdul Muthalib, kakek pertama, nama aslinya adalah Syaibatul Hamdi (sehelai uban yangg terpuji). Dinamakan begitu karena beliau lahir dalam keadaan mempunyai sehelai uban di rambut kepalanya.
Beliau digelari Abdul Muthalib karena ketika paman beliau yang bernama Muthalib pulang bersamanya dari Kota Madinah dan memasuki Kota Mekkah, para penduduk melihat cahaya di wajahnya yang memancar ke segala arah. Mereka pun menghampiri Sayyid Muthalib dan menanyakan siapakah anak yang bersamanya tersebut. Sayyid Muthalib menjawab :
“Hadza ‘Abdii” (ini adalah hambaku, maksudnya : keponakanku).
Maka mereka pun berseru: “Alangkah banyaknya cahaya dari Abdul Muthalib (keponakannya Muthalib), alangkah tampannya Abdul Muthalib.
Beliau wafat di Burman dan dimakamkan di Hajun (daerah Yaman). Beliau wafat dalam usia 140 tahun menurut pendapat yang mu’tamad, ada yang mengatakan 110 tahun.
HASYIM, kakek kedua, nama aslinya adalah ‘Amr. Beliau digelari Hasyim (penumbuk) karena beliau pernah menumbuk daging lalu dijadikan Tsarid (makanan orang Arab) yang kemudian dibagikan kepada kaumnya ketika musim paceklik.
Ketika beliau berjalan, bebatuan dan pepohonan yang beliau lewati berkata kepadanya: “Bergembiralah wahai Hasyim, karena sesungguhnya nanti akan lahir darimu seorang Nabi yg akan menjadi penutup para nabi dan para Rasul.”
Para sejarahwan berbeda pendapat mengenai usia hidup beliau. Ada yang mengatakan 20 tahun, ada yang mengatakan 25 tahun.
Abdu Manaf, kakek ketiga, nama aslinya adalah Mughirah. Beliau digelari Abdu Manaf (orang yang tinggi) karena beliau adalah orang mulia di tengah kaumnya. Ada juga yang mengatakan karena beliau adalah org yang jangkung. Sebelumnya, beliau juga digelari Qamarul Bath-haa (rembulannya tanah Mekkah) karena ketampanannya.
Beliau adalah kakek ketiganya Baginda Nabi, kakek keempatnya Sayyidina Utsman, dan kakek kesembilannya Imam Syafi’i. Beliau wafat di Gaza, Palestina.
Qushay, kakek Nabi keempat, nama aslinya adalah Mujammi’ (pemersatu). Dinamakan begitu karena melalui beliau ALLAH mempersatukan suku-suku keturunan Sayyid Fihr (Quraisy).
Beliau digelari Qushay (orang yang jauh) karena beliau pernah tinggal jauh dari sanak keluarganya yang berada di Mekkah. Ceritanya, setelah ayah beliau meninggal, ibu beliau (Fathimah binti Sa’ad) membawanya pergi ke Yaman dan tinggal bersama suku Qudla’ah.
Kilab, kakek Nabi kelima (kalau dari garis ibu, beliau adalah kakek keempat). nama aslinya adalah Hakim. Beliau digelari Kilab (orang yang banyak anjingnya) karena beliau hobi berburu menggunakan anjing pemburu.
Murrah, kakek Nabi keenam, beliau juga kakek keenamnya Sayyidina Abu Bakar. Nasab Imam Malik dan nasab Baginda Nabi juga bertemu di beliau.
Ka’ab, kakek Nabi ke tujuh, beliau dinamakan Ka’ab (bambu) karena beliau adalah orang yang tinggi atu jangkung, beliau adalah kakek kedelapannya Sayyidina Umar.
Lu-Ayy, kakek Nabi ke delapan, dan Ghalib, kakek Nabi ke sembilan, beliau dinamakan Ghalib (pemenang) karena beliau selalu dapat mengalahkan musuh-musuhnya.
Fihr, kakek Nabi ke sepuluh, nama aslinya adalah Quraisy. Keturunan beliau disebut Jama’ah Qurasyiyyah (golongan Quraisy).
Malik, kakek Nabi ke sebelas, beliau dinamakan Malik (pemilik) karena beliau adalah orang yang memiliki tanah Arab.
Nadlar, kakek Nabi ke dua belas, nama aslinya adalah Qais. Beliau digelari Nadlar (orang yang cantik rupa atau tampan) karena wajahnya memancarkan cahaya.
Kinanah, kakek Nabi ke tiga belas, beliau disebut dgn sebutan Kinanah (tukang sembunyi) karena beliau selalu berada di rumah persembunyian di tengah-tengah kaumnya. Ada yang mengatakan karena beliau selalu menyembunyikan (melindungi) kaumnya dan menjaga rahasia mereka.
Khuzaimah, kakek Nabi ke empat belas, beliau meninggal dalam keadaan memeluk millah (agama) Nabi Ibrahim AS.
Mudrikah, kakek Nabi ke lima belas, nama aslinya adalah ‘Amr. Kunyah nya atau julukannya adalah Abu Hudzail. Beliau disebut dengan sebutan Mudrikah (orang yang mengejar sampai dapat) karena suatu ketika untanya melihat seekor kelinci lalu ia lari, kemudian beliau mengejarnya sampai dapat.
Ilyas, kakek Nabi keenambelas, beliau adalah orang yang pertama kali menggiring unta ke Baitul Haram untuk disembelih. Dari tulang iga beliau terdengar bacaan talbiyah Baginda Nabi seperti bacaan talbiyah yang diucapkan ketika melaksanakan ibadah haji.
Kedudukan beliau di tengah bangsa Arab persis seperti kedudukan Luqman Al Hakim di tengah kaumnya.
Mudlar, kakek Nabi ke tujuh belas, nama aslinya adalah ‘Amr. Beliau digelari Mudlor (orang yang suka masam atau orang yang memikat hati) karena beliau menyukai susu masam, kalau sekarang mungkin disebut yoghurt. Ada juga yang mengatakan karena beliau selalu memikat hati org yang memandangnya.
Orang yang memandangnya pasti langsung menyukainya, karena beliau adalah org yang tampan. Beliau juga orang yang paling bagus suaranya di antara kaumnya.
Nizar, kakek Nabi ke delapan belas, neliau disebut dengan sebutan Nizar (sedikit dagingnya) karena beliau adalah orang yang berbadan kurus. Di wajah beliau terpancar cahaya kenabian Baginda Nabi.
Beliau adalah orang yang pertama kali menulis kitab berbahasa arab. Nasab Imam Ahmad bin Hambal dan nasab Baginda Nabi bertemu di beliau.
Ma’add, kakek Nabi ke sembilan belas, beliau adalah orang yang mempersiapkan strategi perangnya Bani Israil. Jika beliau memerangi musuh pasti beliau menang. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa beliau adalah Nabi Armiyaa AS.
‘Adnan, kakek Nabi keduapuluh, beliau hidup pada zaman Nabi Musa. (Sumber: Kitab Madarijush Shu’ud Syaikh Muhammad Nawawi Banten).